Dalam suatu kesempatan seorang ketua panitia mengajak para undangan yang hadir dengan mengatakan sebagai berikut.
(1) Bapak dan Ibu yang saya hormati, siapa lagi yang mau memikirkan nasib mereka kalau bukan kita-kita yang hadir sekarang?
Kita perhatikan pemakaian kata kita-kita. Mengapa kata kita harus diulang? Bukankah kata ganti kita sudah menyatakan pengertian jamak?
Kata ganti kita adalah kata ganti orang pertama jamak. Kalau digunakan untuk menyatakan pengertian jamak dengan mengulang menjadi kita-kita, pengulangan itu jelas mubazir. Kalau kita perhatikan konteksnya, pengulangan kata ganti kita menjadi kita-kita tersebut berlebihan. Seharusnya, ketua panitia cukup mengatakan sebagai berikut.
(la) Bapak dan Ibu yang saya hormati, siapa lagi yang mau memikirkan nasib mereka kalau bukan kita yang hadir sekarang?
Pertanyaan yang muncul sekarang, "Apakah kata ganti yang sudah menyatakan pengertian jamak seperti kita atau mereka tidak boleh diulang dalam penggunaannya?" Tentu saja tidak selalu harus demikian. Dalam hal itu, pengguna bahasa perlu mempertimbangkan konteks pemakaian kata itu di dalam kalimat. Perhatikanlah contoh-contoh kalimat berikut.
(2) Akhimya, kita-kita juga yang hams menyelesaikan pekerjaan ini.
(3) Dari dahulu mereka-mereka saja yang dilibatkan dalam kegiatan itu.
Kata ulang kita-kita dan mereka-mereka pada kalimat (2) dan.(3) menyatakan makna 'selalu', 'selalu kita', dan 'selalu mereka'. Penggunaan kata ulang seperti itu, yang lebih sering kita temukan dalam ragam lisan, tidaklah mubazir. Namun, dalam ragam tulis kata ulang kita-kita, mereka-mereka tergolong mubazir, seperti yang terlihat pada contoh kalimat berikut.
(4) Selesai atau tidaknya pekerjaan itu bergantung pada kita-kita yang ada di sini.
(5) Bantuan itu seharusnya tidak dibagikan kepada mereka-mereka yang tergolong mampu.
Kata ulang kita-kita dan mereka-mereka pada kalimat (4) dan (5) dipakai untuk mengacu kepada orang yang jumlahnya banyak. Padahal, kata kita dan mereka sudah menyatakan pengertian jamak. Oleh karena itu, penggunaan bentuk kata ulang seperti itu tidak benar.
Bagaimana halnya dengan pengulangan kata nenek menjadi nenek nenek, seperti yang tercantum di dalam topik bahasan ini? Tampaknya, pengulangan kata yang seperti itu temyata tidak hanya menyatakan pengertian jamak. Marilah kita simak kalimat yang berikut.
(6) Tempat duduk bagi nenek-nenek yang diundang umuk menghadiri pertemuan itu diatur dalam kelompok tersendiri.
(7) Harap dimaklumi saja, dia 'kan sudah nenek-nenek.
(8) Hampir setiap hari nenek-nenek saja yang diperhatikan.
Kata ulang nenek-nenek pada kalimat (6) maknanya menyatakan jumlah banyak, sedangkan pada kalimat (7) bermakna 'seperti wanita yang sudah tidak muda lagi atau yang sudah berusia lanjut'. Kata ulang nenek-nenek pada kalimat (8) menyatakan pengertian (1) selalu nenek, (2) seperti atau mirip, dan (3) selalu.
Sumber: Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2, 2007
Posting Komentar untuk "Penggunaan Kata Mereka-Mereka dan Nenek-Nenek"